Pages

Kamis, 10 Juni 2010

Kisah penampakan Pterodactyl di langit Indonesia

Sekitar 150 mil sebelah timur laut Bali, Sebuah pesawat kecil jenis Britten Norman Islander sedang terbang melayang pada ketinggian 6.500 kaki. Sang pilot yang sedang mengemudikan pesawat itu tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah objek besar yang muncul dihadapan mereka. Pilot, dengan ketrampilannya segera menukikkan pesawat ke bawah untuk menghindar. Pilot dan Kopilot hanya melihat objek tersebut selama beberapa detik, namun cukup untuk mengenali objek tersebut sebagai seekor Pterodactyl, burung purba yang sudah punah jutaan tahun yang lalu.



Seorang pembaca blog ini pernah bertanya, Benarkah Pterodactyl pernah terlihat di Indonesia ? Jawabannya Ya ! Penampakan Pterodactyl yang satu ini terdokumentasi dengan baik di dunia Cryptozoology Internasional.

Kembali ke penggalan paragraf diatas, pilot tersebut melihat makhluk itu selama sekitar 5-6 detik sedangkan kopilot sekitar 2-3 detik. Waktu yang sedikit tapi cukup untuk mengidentifikasi makhluk tersebut. Mereka mengaku menyaksikan makhluk itu mengepakkan sayapnya dengan malas.

Beberapa orang beranggapan mereka berdua menyaksikan seekor burung pelikan, namun kedua awak pesawat itu yang merupakan mantan pilot angkatan laut mengatakan bahwa makhluk tersebut terlalu besar untuk ukuran seekor pelikan, lagipula warnanya jauh lebih gelap dibanding pelikan. Dan satu fakta lagi yang menunjukkan bahwa makhluk tersebut bukan pelikan adalah perjumpaannya yang terjadi di ketinggian 6.500 kaki.

Karena tidak menemukan penjelasan, mereka lalu mencari via google dengan mengetik kata "Pterodactyl". Dan lewat situ, mereka menemukan makhluk yang mirip dengan deskripsi Pterodactyl, yaitu Ropen. Lalu mereka berdua memutuskan untuk mengirim email ke Jonathan Whitcomb, seorang peneliti Ropen ternama di dunia, untuk menceritakan perjumpaan mereka dengan makhluk tersebut. Inilah asal mulanya penampakan ini menjadi terkenal ke seluruh dunia.

Ropen, adalah sejenis makhluk terbang raksasa yang mirip dengan Pterodactyl. Ekornya memiliki panjang lebih dari 25% rentang sayapnya dan dipercaya hidup di Papua Nugini. Para saksi menceritakan bahwa ketika Ropen terbang, mereka bisa melihat ia mengeluarkan cahaya.

Namun sesungguhnya para ahli Cryptozoology juga tidak dapat memastikan perbedaannya yang signifikan dengan Pterodactyl. Nama Ropen adalah nama yang diberikan oleh penduduk pulau Umboi di Papua Nugini, tempat dimana makhluk terbang seperti Pterodactyl sering terlihat. Selain Ropen, makhluk sejenis ini dikenal dengan nama-nama seperti Ahool, Duwas, Indava, Seklo Bali dan Kundua. Nama-nama yang berbeda ini diberikan oleh para penduduk lokal sesuai dengan bahasa masing-masing.

Jadi sebenarnya ada kemungkinan bahwa Ropen, Pterodactyl dan nama-nama lain yang saya sebut adalah makhluk yang sama. Mungkin para ilmuwan lebih suka menggunakan nama Ropen dikarenakan mereka percaya bahwa Pterodactyl telah punah puluhan juta tahun yang lalu.

Sayang, informasi mengenai perjumpaan ini tidak terlalu detail. Apakah pilot dan kopilot pesawat berkebangsaan Indonesia ? atau berkebangsaan asing ? Pesawat kecil itu disebut terbang dari Australia menuju Bali sehingga ada kemungkinan pilot tersebut berkebangsaan Australia. Untuk alasan-alasan tertentu, mereka menolak jati diri mereka diungkap ke publik.

Selasa, 18 Mei 2010

Apollo 11 dan Dugaan Kebohongan NASA

Anda mungkin tahu Neil Amstrong dan Edwin Aldrin Jr merupakan orang pertama yang mejejakan kaki di bulan dengan menggunakan Apollo 11 pada tanggal 20 Juli 1969. Namun 31 tahun kemudian pendaratan di bulan tindak pernah terjadi. Ada beberapa bukti tentang kebohgan tersebut. Dugaan kuat bahwa pendaratan Apollo 11 milik badan antariksa Amerika Serikat, NASA hanya propaganda untuk membuktikan bahwa teknologi amerika lebih unggul dari rivalnya di perang dingin yakni Uni Soviet.


Bahkan, NASA dituding memalsukan sejumlah misi luar angkasa lainnya. Kesangsian terhadap misi Mars seakan melengkapi kesangsian terhadap pendaratan dua astronot AS di bulan menggunakan pesawat Apollo 11. Serangkaian dugaan teori konspirasi menyebar luas. Semua keberhasilan pendaratan NASA di bulan dituduh sebagai kebohongan dan manusia pada kenyataannya belum pernah mendarat atau menjejakkan kakinya di bulan.


Di luar lapisan atmosfir bumi terdapat medan-medan radiasi yang sangat berbahaya. Bagaimana mungkin astronot dengan satu lapisan tipis timah di antara lapisan baju astronot bisa aman dari radiasi tersebut.


Bahkan saat ketiga astronot tampil kembali setelah kembali dari ruang angkasa, tidak terlihat wajah letih layaknya melakukan perjalanan jauh.
terdapat beberapa kejangggalan-Kejanggalan dalam film ataupun foto yang dilansir NASA .diantaranya


1.tiadanya kawah atau lubang di bawah pesawat pendarat bulan yang ditimbulkan oleh semburan api roket ketika mendarat atau bayang-bayang para astronot dan batu-batu bulan yang tampaknya ditimbulkan oleh sumber-sumber cahaya yang berbeda. Ini penting diingat karena satu-satunya sumber cahaya di bulan pada waktu astronaut itu mendarat hanyalah cahaya matahari. Para pakar yang tidak percaya ini menduga foto-foto dan film tentang pendaratan manusia di bulan semuanya dibuat di sebuah pangkalan militer rahasia di bagian barat Amerika. Kata mereka, tidak mungkin pesawat Apollo terbang ke bulan yang jaraknya hampir seperempat juta mil tanpa menimbulkan dampak radiasi gawat bagi para awaknya. Sebab, pada ketinggian atau jarak 700 mil diatas bumi terdapat Van Allen Radiation Belt, atau sabuk radiasi Van Allen. Pesawat antariksa yang akan terbang ke bulan harus melewati sabuk Van Allen itu yang mengandung tingkat radiasi sangat tinggi. Tapi nyatanya, para astronaut yang kembali dari kunjungan ke bulan tanpa mengalami efek radiasi apapun.


2.Para pakar juga menyebutkan tidak adanya bintang-bintang yang tampak di langit diatas bulan dalam foto-foto yang disiarkan oleh NASA. Kata mereka, karena bulan tidak punya atmosfir, maka tidak ada apapun yang menghalangi pandangan, sehingga bintang-bintang mestinya tampak dengan sangat jelas, jauh lebih jelas dari pada yang bisa dilihat dari bumi.


3. Beberapa gambar yang dikeluarkan NASA semacam bendera Amerika Serikat (AS) yang berkibar, permukaan bulan tepat di bawah modul pendaratan tanpa kawah, serta adanya perbedaan jalur roda kendaraan dan jejak kaki, tampak sulit untuk dijelaskan. Keanehan terlihat pada sejumlah foto yang memperlihatkan bayangan benda yang saling bersilangan. Hal itu mengesankan ada berbagai sumber cahaya dan menafikan matahari sebagai satu-satunya sumber cahaya di bulan.


4.foto Edwin “Buzz” Aldrin berdiri dengan matahari menyinari bahu kiri bagian atas. Namun, tampak terlalu banyak detail yang ditunjukkan sisi bagian kanan yang seharusnya gelap terkena bayangan. Bagian itu seharusnya lebih gelap dan tidak terlalu terlihat, mengingat kontras antara terang dan gelap di bulan lebih besar. Selain itu, dengan tidak adanya atmosfer yang akan menghalangi cahaya di bulan, semua foto seharusnya tampak terang, tegas dan jelas. Namun, permukaan tanah di balik Aldrin justru berangsur gelap, suatu efek yang secara teori seharusnya tidak terjadi di bulan. Berdalih NASA tentunya berdalih, efek ketiadaan warna itu dapat terjadi karena film kurang dapat menyesuaikan diri dibandingkan mata manusia. Selain itu objek di bulan tampak semakin gelap jika semakin menjauhi kamera.


kejanggalan lain adalah objek aneh yang memantul dari helm Aldrin. Sejumlah ilmuwan memperkirakan itu adalah sebuah helikopter, sementara yang lain menduga itu adalah bangunan kaca setinggi 12 meter. Sementara NASA mengaku itu adalah bagian dari peralatan pendaratan di bulan. Kesalahan lain dari foto yang sama adalah Aldrin dalam posisi menghadap kamera dan berlatar belakang matahari. Anehnya helm sang astronot terlihat terang. Foto yang menunjukkan pendaratan modul di bulan juga tidak memperlihatkan adanya kawah yang seharusnya terjadi di permukaan bulan. Kawah itu (jika ada) yang mencirikan kerasnya semprotan lidah api dari mesin jet pendarat. Bahkan jika memang betul terjadi pendaratan di bulan, debu akan berterbangan termasuk menutupi kaki-kaki penjejak wahana pendarat.


Sayangnya foto-foto menunjukkan kaki-kaki wahana tersebut bersih. Yang tampak hanya onggokan debu yang mungkin terbang selama pendaratan. Hal mengherankan juga terlihat pada foto pendaratan Apollo 11. Terlihat jejak kaki tepat di bawah modul pendaratan, meskipun belum ada siapapun yang berjalan di sana sebelum pesawat ulak alik itu mendarat. Pertanyaan lainnya adalah mengapa terdapat tulisan “Amerika Serikat” yang terlihat jelas di mana seharusnya merupakan bayangan. Sementara Aldrin sendiri sebelumnya mengatakan tidak ada pantulan cahaya di bulan. Hal itu membuktikan adanya sumber cahaya lain yang digunakan dalam pengambilan foto.


Neil Armstrong juga dikabarkan pernah mendengar suara Azan di Bulan. Jangan-jangan dia memang hanya mengorbit di Bumi ketika film yang sudah disiapkan tengah ditayangkan. Ketika ia berada di suatu titik di atas permukaan Bumi, bersamaan dengan tibanya waktu solat, sehingga wajar ia mendengar azan karena masih berada di atmosfer Bumi. Para ahli fotografi menduga pemgambilan gambar dilakukan di dalam studio atau foto tersebut memang telah di-retouch. Sejumlah foto yang diambil dari beberapa misi pesawat ulang alik Apollo tidak pernah menunjukkan adanya cahaya bintang. Ketiadaan atmosfer di bulan seharusnya membuat bintang terlihat. Fakta itu dikonfirmasi Maria Blyzinsky, seorang kurator astronomi di Observatorium Greenwich, London. Ia memperkirakan, NASA tampaknya tak dapat menciptakan langit dalam studio mereka, sehingga memilih untuk menggelapkan bagian belakang. Namun, NASA sendiri menyatakan ketiadaan cahaya bulan karena sinar matahari terlalu kuat sehingga menghilangkan cahaya dari bintang. Sejumlah bukti dari pengamatan foto hasil pendaratan misi Apollo telah diungkapkan berbagai pihak, namun AS tak bergeming dan justru akan melanjutkan misi mereka di bulan.


Bahkan Presiden AS, George Walker Bush baru-baru ini mencanangkan visi terbaru ru eksplorasi luar angkasa AS. Visinya antara lain menghendaki program ke bulan sekurangnya pada tahun 2015 atau tidak lebih dari 2020. Program tersebut akan digunakan sebagai batu loncatan untuk misi yang lebih ambisius. Bush menghendaki adanya serangkaian misi robot ke bulan –serupa dengan Spirit yang mengunjungi Mars– untuk mengeksplorasi permukaan bulan sekurangnya awal 2008. Misi itu untuk meneliti dan mempersiapkan eksplorasi manusia ke sana. AS bahkan mencanangkan eksplorasi berawak ke bulan pada 2015 dengan tujuan menampatkan manusia untuk waktu yang lebih lama. NASA diproyeksikan akan memperoleh tambahan dana senilai 12 miliar dolar AS guna mewujudkan program itu.


Akankah langkah selanjutnya menuju bulan membawa loncatan bagi peradaban manusia? Ataukah menuju kebohongan selanjutnya dan harus ditutupi kebohongan lain? Contohnya program perang bintang (Star Wars) yang digagas Presiden Ronald Reagan. Ternyata program tersebut hanya omong kosong yang tidak mungkin untuk diwujudkan.


Akankah proyek NASA selanjutnya merupakan loncatan perdaban manusia atau hanya lanjutan dari kebohongan amerika serikat. Seperti program Perang Bintang (Star Wars) gagasan Ronald Reagen yang ternyata hanya omong kosong belaka.